Pembelajaranjarak jauh (PJJ) pola luring , selain metode pembelajaran harus dibantu dengan bahan yang digunakan seperti modul, diktat, hand out, lembar kerja peserta didik (LKPD) , ringkasan materi dan lain-lain. Berikut ini ada 5 Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan pola luring (luar jaringan) yang paling populer/terbaik yang dapat Oleh Dra. DWI JARWANTI., Guru SMP N 13 Magelang Prestasi Belajar secara sederhana bisa dimaknai sebagai bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seorang siswa dengan tiga aspek di dalamnya, yaitu kognitif, affektif, dan psikomotor. Dimyati dan Mudjiono 2009 menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Prestasi belajar adalah hal mutlak yang harus dicapai siswa pada semua mata pelajaran, termasuk Ilmu Pengetahuan Alam IPA. Banyak manfaat yang bisa diperoleh siswa jika mampu mempelajari dan memahami bidang IPA secara komprehensif. Adapun manfaat yang dimaksud antara lain menimbulkan rasa ingin tahu terhadap kondisi lingkungan alam; memberikan wawasan akan konsep alam yang berguna dalam kehidupan sehari-hari; ikut menjaga, merawat, mengelola, dan melestarikan alam; mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide mengenai lingkungan alam disekitar; konsep yang ada dalam IPA berguna untuk menjelaskan berbagai peristiwa-peristiwa alam dan menemukan cara untuk memecahkan permasalahan tersebut; menyadari pentingnya peran alam dalam kehidupan sehari-hari; memberikan pengetahuan untuk mengetahui perkembangan makhluk hidup dari zaman ke zaman; membantu manusia dalam pengembangan IPTEK. Manfaat tersebut di atas belum bisa dicapai secara optimal oleh siswa di sekolah, termasuk siswa di SMP N 13 Magelang. Hasil kajian dan analisis guru menunjukan bahwa nilai hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM yang telah ditetapkan. Persentase tingkat ketuntasan KKM hanya mencapai 32,25 persen. Minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga masih rendah. Siswa memiliki pandangan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang sulit dengan kuantitas materi yang sangat kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka dibutuhkan satu metode pembelajaran yang mampu mengoptimalkan prestasi belajar IPA. Adapun metode pembelajaran tepat untuk dilaksanakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati dan mengalami prosesnya, membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya, kemudian hasil pengamatan dan percobaan tersebut disampaikan ke kelas untuk dievaluasi bersama. Melalui metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk belajar sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, menarik pembuktian, dan mengambil kesimpulan sendiri dari proses yang dilakukan. Tujuan metode eksperimen adalah untuk melatih siswa agar mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melalui pembelajaran eksperimen, siswa dapat terlatih dengan cara berpikir ilmiah scientific thinking. Metode eksperimen memberikan pengalaman kepada siswa untuk menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Djamarah 2006 menegaskan bahwa metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut melatih disiplin diri siswa melalui eksperimen yang dilakukannya terutama kaitannya dengan keterlibatan, ketelitian, ketekunan dalam melakukan eksperimen; kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa melalui eksperimen yang dilakukannya sendiri secara langsung; siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan hakikat kebenaran secara langsung; mengembangkan sikap terbuka bagi siswa; dan metode ini melibatkan aktivitas dan kreatifitas siswa secara langsung dalam pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme. Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka untuk meningkatkan dan/atau mengoptimalkan prestasi belajar IPA maka guru akan melaksanakan sebuah kegiatan ilmiah yakni mengimplementasikan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA.
Metodeceramah dipersiapkan sebaik mungkin akan mampu menciptakan proses pembelajaran ipa yan menarik cara yang dapat digunakan oleh guru IPA dalam melaksanakan metode ceramah yang baik adalah; 1. Proses perencanaan dengan metode ceramah, guru ipa harus dapat merumuskan tujuan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, media, dan sumber
Paper ini memaparkan hasil analisis video kegiatan pembelajaran untuk membandingkan ketepatan pemilihan strategi pengajaran pendekatan, metode, dan media oleh tiga subjek penelitian yang memiliki jenjang karier berbeda. Ketiga subjek tersebut adalah mahasiswa jurusan pendidikan yang sedang melakukan simulasi di kelasnya, mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL, dan guru berpengalaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru berpengalaman menggunakan pendekatan, metode, dan media yang tepat dan lebih variatif dibandingkan mahasiswa. Selain itu, guru berpengalaman cenderung lebih menguasai materi pembelajaran dan mampu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga teramati pada mahasiswa PPL yang menggunakan fenomena sehari-hari sebagai bahan diskusi. Meski demikian, ketiga subjek memperlihatkan pola distribusi waktu penyajian konsep yang relatif sama, yaitu lebih dari 90% pada kegiatan inti dan kurang dari 5% untuk kegiatan pendahuluan dan penutup. Paper ini diharapkan dapat menyajikan gambaran mengenai realita yang terjadi di lapangan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran IPA, baik untuk mahasiswa, guru, ataupun semua pihak yang terkait di dunia pendidikan. The accuracy of the selection of approaches, methods, and media for the characteristics of combined science materials Abstract This paper presents the results of a video analysis of learning activities to compare the accuracy of the selection of teaching strategies approaches, methods, and media by three subjects with different career paths. The three subjects are college students majoring in education conducting simulations in the classroom, final-year college students conducting a Field Experience Program PPL, and experienced teachers. The results of the analysis show that experienced teachers use the right approach, method, and media that are more varied than both students. Besides, experienced teachers tend to be better at learning material and are able to link learning to everyday life. This was also observed in PPL students who used everyday phenomena as the discussion material. However, the three subjects showed a relatively similar time distribution pattern of the concept presentation, which is more than 90% in core activities and less than 5% for preliminary and closing activities. This paper is expected to present a picture of the reality that occurs in the field as an evaluation material in learning science, both for students, teachers, or all parties involved in the world of education. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Available online at Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021, 12-21 This is an open access article under the CC–BY-SA license. Ketepatan pemilihan pendekatan, metode, dan media terhadap karakteristik materi IPA Rusyda Mutanaffisah 1 *, Resmi Ningrum 1, 2, Ari Widodo 1 1 Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr. Setiabudi Bandung, Jawa Barat 40154 Indonesia 2 Sekolah Menengah Pertama Negeri 51 Bandung. Jl. Raya Derwati, Kota Bandung, 40296, Indonesia * Coressponding Author. E-mail rusydaamutanaffisah Received 22 June 2020; Revised 3 March 2021; Accepted 10 March 2021 Abstrak Paper ini memaparkan hasil analisis video kegiatan pembelajaran untuk membandingkan ketepatan pemilihan strategi pengajaran pendekatan, metode, dan media oleh tiga subjek penelitian yang memiliki jenjang karier berbeda. Ketiga subjek tersebut adalah mahasiswa jurusan pendidikan yang sedang melakukan simulasi di kelasnya, mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL, dan guru berpengalaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru berpengalaman menggunakan pendekatan, metode, dan media yang tepat dan lebih variatif dibandingkan mahasiswa. Selain itu, guru berpengalaman cenderung lebih menguasai materi pembelajaran dan mampu mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga teramati pada mahasiswa PPL yang menggunakan fenomena sehari-hari sebagai bahan diskusi. Meski demikian, ketiga subjek memperlihatkan pola distribusi waktu penyajian konsep yang relatif sama, yaitu lebih dari 90% pada kegiatan inti dan kurang dari 5% untuk kegiatan pendahuluan dan penutup. Paper ini diharapkan dapat menyajikan gambaran mengenai realita yang terjadi di lapangan sebagai bahan evaluasi dalam pembelajaran IPA, baik untuk mahasiswa, guru, ataupun semua pihak yang terkait di dunia pendidikan. Kata Kunci pendekatan, media, metode, Ilmu Pengetahuan Alam The accuracy of the selection of approaches, methods, and media for the characteristics of combined science materials Abstract This paper presents the results of a video analysis of learning activities to compare the accuracy of the selection of teaching strategies approaches, methods, and media by three subjects with different career paths. The three subjects are college students majoring in education conducting simulations in the classroom, final-year college students conducting a Field Experience Program PPL, and experienced teachers. The results of the analysis show that experienced teachers use the right approach, method, and media that are more varied than both students. Besides, experienced teachers tend to be better at learning material and are able to link learning to everyday life. This was also observed in PPL students who used everyday phenomena as the discussion material. However, the three subjects showed a relatively similar time distribution pattern of the concept presentation, which is more than 90% in core activities and less than 5% for preliminary and closing activities. This paper is expected to present a picture of the reality that occurs in the field as an evaluation material in learning science, both for students, teachers, or all parties involved in the world of education. Keywords approach, media, method, Combined Science How to Cite Mutanaffisah, R., Ningrum, R., & Widodo, A. 2021. Ketepatan pemilihan pendekatan, metode, dan media terhadap karakteristik materi IPA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 71, 12-21. doi PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan cabang ilmu yang bersifat dinamis dan saling berkaitan dengan cabang ilmu lainnya. Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memiliki pemikiran bahwa IPA merupakan kumpulan fakta yang statis, mutlak, dan harus dihapal. Kesalahan pemikiran tersebut terjadi karena guru belum banyak memberikan pemahaman mengenai hakikat IPA pada kegiatan pembelajaran di kelas Ali et al., 2013; McComas et al., 2002. Salah satu penyebabnya adalah karena tingkat pemahaman guru yang masih rendah Adi & Widodo, 2018; Jumanto & Widodo, 2018; Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 13 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online Rochintaniawati et al., 2009. Pemahaman mengenai hakikat IPA perlu dimiliki siswa untuk membantu mereka memahami materi Mariana & Praginda, 2009. Namun, lebih dari itu, pengetahuan dan pema-haman guru mengenai hakikat IPA akan memengaruhi mereka dalam memilih strategi pengajaran yang akan digunakan McComas et al., 2002. Dari sini kita bisa melihat bahwa pemahaman hakikat IPA berhubungan dengan kemampuan pedagogik guru. Kemampuan pedagogik berhubungan dengan praktik mengajar guru dalam menyajikan pelajaran. Tingkat pemahaman hakikat IPA yang rendah menunjuk-kan bahwa guru tidak menguasai pedagogik dengan baik sehingga cara penyajian pelajaran bisa menjadi tidak tepat. Hasil penelitian skala internasional yaitu TIMSS Mullis et al., 2016 dan PISA Schleicher, 2019 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di Indonesia masih dibawah rata-rata. Padahal, soal-soal yang ada di dalam TIMSS maupun PISA merupakan soal-soal yang kontekstual. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena ketidaktepatan guru dalam menyajikan pembelajaran. Guru kurang mengaitkan materi yang sedang dibahas dengan konteks kehidupan Ali et al., 2013; Rochintaniawati et al., 2009, sehingga siswa kesulitan mengaplikasikannya. Selain itu, umumnya pembelajaran IPA dilakukan di dalam kelas sehingga peserta didik kurang berinteraksi dengan media dan sumber belajar lain. Hal tersebut membuat pembelajaran cenderung bersifat tekstual dan hanya menekankan pada penyelesaian materi pelajaran. Guru lebih memilih untuk menggunakan metode ceramah Rochintaniawati et al., 2009 terutama dalam membelajarkan materi IPA yang mereka anggap sulit Insani, 2016. Akibatnya, pengalaman peserta didik hanya sebatas mendengar dan mencatat penjelasan guru Sitanggang & Yulistiana, 2015. Kebanyakan guru juga belum menguasai berbagai variasi pendekatan sehingga tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran IPA di kelas Maryanto & Hariyatmi, 2017. Seperti diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya perlu menguasai penge-tahuan mengenai konten materi IPA atau Content Knowledge CK, namun juga harus mampu memper-kaya wawasannya mengenai perkembangan pengetahuan pedagogik atau Pedagogical Knowledge PK dan pengetahuan konten pedagogi atau Pedagogical Content Knowledge PCK Insani, 2016; Loughran et al., 2012. PCK mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan kualitas pengajaran guru, namun, PCK dapat menjadi indikator yang baik dari potensi guru untuk menyampaikan pengajaran yang berkualitas Widodo, 2017a. Guru dengan PCK yang kuat akan akan menyajikan pelajaran dengan lebih efektif dan mendukung pembelajaran siswa Widodo, 2017b. Salah satu faktor yang memengaruhi kemampuan PCK guru adalah pengalaman mengajar Kastutik & Hariyatmi, 2017; Putra et al., 2017. Kemampuan PCK guru di setiap sekolah berbeda Chotimah & Hariyatmi, 2017, namun umumnya guru berpengalaman menunjukkan kemampuan PCK yang terkategori baik. Hal ini juga terlihat pada kemampuan PCK calon guru yang mengalami pening-katan setelah mendapatkan pengalaman praktik mengajar Großschedl et al., 2015; Padila et al., 2017. Calon guru sebenarnya sudah bisa menentukan dan memilih strategi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar pembelajaran, namun belum mampu menerapkannya secara maksimal Sukaesih, Ridlo, & Saptono, 2017 karena kurangnya pengalaman. Pengalaman mengajar akan membuat seorang guru mampu mengembangkan strategi pembelajaran materi IPA yang tepat sesuai karakteristik siswa dan materinya Anwar et al., 2016. Setiap materi dalam pelajaran IPA memiliki karakteristik yang khas. Beberapa materi bisa diajar-kan secara tradisional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Namun, beberapa materi perlu dibahas melalui kegiatan diskusi dan eksperimen. Beberapa konsep perlu diajarkan secara berurutan dan sistematis, namun konsep lainnya dapat berupa pengetahuan yang bisa langsung diperoleh dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari Cakir, 2008. Meskipun tidak ada cara terbaik mengajar setiap materi IPA yang berlaku secara universal, guru IPA perlu mengetahui bagaimana karakteristik setiap materi dan karakteristik siswa mereka agar dapat berhasil mengajarkan materi dengan dengan efektif dan efisien National Research Council, 1997; Insani, 2016. Berbagai penelitian untuk melihat gambaran kegiatan pembelajaran IPA di kelas sudah pernah dilakukan terhadap guru berpengalaman Rochintaniawati et al., 2009; Widodo, 2006, 2017a. Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua guru berpengalaman telah mampu memaksimalkan waktu dan strategi pembelajaran secara efektif dan efisien. Di sisi lain, penelitian mengenai perbandingan ketepatan pemilihan strategi pembelajaran mahasiswa jurusan pendidikan, mahasiswa PPL, dan guru berpengalaman belum banyak dilakukan. Padahal, data tersebut bisa mem-berikan gambaran mengenai persamaan ataupun perbedaan yang ada pada ketiga kelompok tersebut. Selain itu, pandangan bahwa guru berpengalaman akan lebih baik dari mahasiswa yang cenderung Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 14 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online kurang pengalaman juga akan dapat dijelaskan dengan melakukan penelitian mengenai perbandingan antara ketiganya. Oleh karena itu, paper ini akan memaparkan hasil analisis berdasarkan data empiris mengenai perbandingan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan pendidikan, mahasiswa PPL, dan guru berpengalaman. Penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi dan refleksi untuk masing-masing kelompok dan menjadi pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran IPA selanjutnya. METODE Penelitian menggunakan analisis deskriptif dari data yang didapatkan. Subjek penelitian terdiri dari 3 partisipan yang berasal dari kelompok yang memiliki jenjang karier berbeda, yaitu mahasiswa tingkat 3 jurusan pendidikan yang melakukan simulasi pembelajaran di kelasnya, mahasiswa yang sedang melakukan PPL, dan guru IPA yang berpengalaman. Data penelitian dari ketiga subjek diambil dengan melakukan observasi kegiatan pembelajaran selama satu pertemuan dari masing-masing partisipan. Observasi tidak dilakukan peneliti secara langsung di kelas, namun dengan merekamnya menjadi video. Penggunaan video memungkinkan peneliti untuk dapat menggambarkan proses pembel-ajaran secara lengkap dan dapat diulang-ulang bila perlu untuk mendapat kejelasan. Kelebihan lain menggunakan video adalah dapat menggabungkan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan cara yang tidak mungkin dilakukan dengan jenis data yang lain, dapat memberikan referensi untuk deskripsi guru tentang kualitas pengajaran, dapat memfasilitasi komunikasi hasil penelitian, serta dapat menyediakan sumber gagasan baru untuk cara mengajar. Namun, penggunaan video juga memiliki kekurangan, yaitu siswa dan guru dapat mengubah perilaku alaminya selama perekaman video Stigler et al., 1999. Video yang didapatkan dari ketiga subjek kemudian diamati masing-masing sebanyak minimal tiga kali. Pemutaran video pertama kali ditujukan agar peneliti bisa mendapatkan gambaran keseluruhan kegiatan pembelajaran. Namun, peneliti juga mencatat beberapa hal lain yang teramati, misalnya ke-giatan yang dilakukan di luar pembelajaran atau pembahasan konsep. Pada pemutaran video yang kedua, peneliti mulai fokus untuk mencatat konsep-konsep yang dibahas oleh guru selama kegiatan penda-huluan, inti, dan penutup. Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih detail, peneliti menggunakan software tertentu sehingga video dapat diatur agar terus berputar berulang-ulang setiap sepuluh detik. Hasil analisis dibuat dalam sebuah diagram alur untuk mendapatkan gambaran kegiatan pembelajaran, konsep-konsep yang dibahas, serta masing-masing waktu pembahasannya. Selanjutnya, peneliti akan mulai menganalisis pendekatan, metode, dan media yang digunakan guru untuk membahas setiap konsep dari pemutaran video yang ketiga. Ketiga subjek mengajarkan materi yang berbeda dan dengan durasi waktu yang berbeda pula. Mahasiswa membahas “Ekosistem Rantai dan Jaring-jaring Makanan” untuk kelas 7, mahasiswa PPL membahas “Organ Ekskresi Kulit” untuk kelas 8, sementara guru berpengalaman membahas “Massa Jenis” untuk kelas 7. Meskipun berbeda materi, namun ketiga subjek sama-sama mengajarkan konsep dalam pelajaran IPA untuk SMP. Oleh karena adanya perbedaan materi ini, penelitian hanya akan difokuskan untuk membahas pemilihan pendekatan, metode, dan media oleh masing-masing subjek penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas mengenai strategi pembelajaran yang digunakan, pada paper ini akan dipaparkan gambaran kegiatan pembelajaran dari ketiga subjek penelitian. Perbandingan persentase distribusi waktu untuk pembahasan konsep antara ketiga subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Secara sekilas, dapat terlihat bahwa guru berpengalaman memiliki nilai persentase penggunaan waktu untuk kegiatan pembelajaran yang paling sedikit dibandingkan dengan kedua mahasiswa. Hasil analisis video menunjukkan bahwa ketiga subjek menggunakan waktu di luar kegiatan pembelajaran dengan kegiatan seperti pendisiplinan siswa pengorganisasian siswa sebelum praktikum atau kegiatan berkelompok dan jeda menunggu waktu tanggapan atau respon siswa ketika berdiskusi. Selain itu, mahasiswa PPL dan guru berpengalaman juga beberapa kali memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar. Guru berpengalaman bahkan menghubungkan motivasi tersebut dengan kisah ilmuwan yang sedang dibahas dalam kegiatan pembelajaran, yaitu Archimedes. Dalam pembelajaran terutama pel-ajaran IPA, kegiatan seperti ini perlu dilakukan karena guru berperan sangat penting dalam membentuk kepercayaan diri, mindset, dan kemampuan siswa untuk fokus dan bersungguh-sungguh dalam belajar Darling-Hammond et al., 2020. Namun, hanya guru berpengalaman yang menghubungkan pembel- Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 15 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online ajaran dengan kebermanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan yang lainnya tidak melaku-kan hal ini. Gambar 1. Persentase Distribusi Penggunaan Waktu Selama Kegiatan Pembelajaran Secara umum, kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap pendahuluan/ awal, inti, dan penutup Majid, 2008. Ketiga subjek penelitian memiliki total durasi mengajar yang berbeda, sehingga pada paper ini digunakan nilai persentase untuk melihat perbandingan distribusi penggunaan waktu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Perbandingan distribusi waktu pem-bahasan konsep di setiap tahap kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Persentase Distribusi Waktu Pembahasan Konsep di Setiap Tahap Kegiatan Pembelajaran Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa distribusi waktu untuk tahap inti oleh ketiga subjek pene-litian memiliki persentase yang paling besar, bahkan hingga melebihi 90%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian sudah memaksimalkan pembahasan konsep pada tahap inti dengan baik. Tahap inti merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap inilah terjadinya proses pembelajaran yang sebenarnya. Namun, dari ketiganya, hanya guru berpengalaman yang membahas konsep pada saat kegiatan penutup. Padahal, pada tahap penutup, guru seharusnya mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran Rochintaniawati et al., 2009 dan mengaitkannya dengan konsep yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Pembahasan konsep pada bagian penutup sangat sebentar dilakukan oleh mahasiswa PPL dan bahkan tidak dilakukan sama sekali oleh mahasiswa. Hasil yang sama juga terlihat pada penelitian sebelumnya terhadap calon guru biologi Sukaesih et al., 2017. Hal ini menunjukkan bahwa hanya guru berpengalaman yang mampu memaksimalkan kegiatan penutup dengan baik. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa ketiga subjek penelitian menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dalam menjelaskan materi yang sifatnya berbeda. Strategi pembelajaran yang diamati 83 907317 10270102030405060708090100Mahasiswa Mahasiswa PPL Guru BerpengalamanKegiatan Pembahasan Konsep Kegiatan di Luar Pembahasan Mahasiswa PPL Guru BerpengalamanPendahuluan Inti Penutup Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 16 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online adalah dalam hal dalam pemilihan pendekatan, metode, dan media. Perbedaan sifat materi dan pemilihan strategi pembelajaran oleh ketiga subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pendekatan, Metode, dan Media yang Digunakan Ketiga Subjek Penelitian Ceramah, diskusi, praktikum Teks, gambar, video, contoh benda-benda padat Pemilihan Pendekatan Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa ketiga subjek penelitian memilih pendekatan konsep sebagai salah satu pendekatan yang digunakan selama kegiatan pembelajaran. Namun, hanya mahasiswa yang memilih pendekatan konsep sebagai satu-satunya pendekatan yang digunakan. Jika dibandingkan dengan mahasiswa, mahasiswa PPL dan guru berpengalaman sudah menggunakan pendekatan konsep dengan tepat. Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran sangat penting. Guru yang menerapkan pendekatan yang inovatif bisa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan proses siswa Sukaesih, Ridlo, & Saptono, 2019. Pemilihan pendekatan konsep oleh mahasiswa tidak cukup untuk membelajarkan materi menge-nai “Ekosistem” yang sifatnya perlu observasi. Pendekatan konsep memang diperlukan untuk mencegah miskonsepsi mengenai zat, energi, siklus nutrisi, dan aliran energi pada materi ekosistem National Science Teachers Association, 2009, namun konsep ini akan lebih baik dipahami dan dimaknai siswa dengan pendekatan lingkungan Widodo, Rachmadiarti, & Hidayati, 2017. Guru bisa mengajak siswa secara berkelompok untuk mengamati lingkungan sekitar, kemudian siswa mengelompokkan komponen biotik dan abiotik lalu membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Mahasiswa PPL menggunakan pendekatan konsep dan konstruktivisme dalam kegiatan pembel-ajaran. Dari total 12 konsep, hanya ada 2 konsep yang menggunakan pendekatan konsep yaitu kulit dan aktivitas tubuh sebagai konsep awal yang digunakan pada tahap pendahuluan diskusi. Pemilihan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran materi ini kurang tepat. Pembahasan materi ekskresi ini sebaiknya menggunakan pendekatan saintifik Zubaidah et al., 2017. Selain itu, mahasiswa PPL juga dapat menerapkan pendekatan proses, yaitu dengan memberikan aktivitas yang menunjukkan pro-ses pembentukan keringat. Misalnya, dengan meminta beberapa siswa untuk berlari di tempat atau melakukan aktivitas olahraga tertentu. Setelah itu, mahasiswa PPL bisa menghubungkan konsep pembentukan keringat dengan konsep suhu, detak jantung, pori-pori, dan bau badan. Guru berpengalaman menggunakan 3 jenis pendekatan berbeda selama kegiatan pembelajaran, yaitu pendekatan konsep, proses, dan historis. Ketiga pendekatan ini digunakan secara tepat oleh guru. Pendekatan konsep digunakan dengan menghubungkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Pendekatan proses digunakan untuk membangun pemahaman konsep utama pembelajaran yang sifatnya eksploratif, yaitu mengenai massa jenis. Para siswa secara berkelompok melakukan kegiatan pengukuran massa jenis dan mendapatkan pemahaman mengenai massa jenis melalui kegiatan tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang disarankan di dalam buku pegangan guru, bahwa untuk mengajarkan konsep ini sebaiknya menggunakan pendekatan proses Widodo et al., 2017. Selain pendekatan proses, guru berpengalaman juga menggunakan pendekatan konsep dan historis, sehingga lebih bervariatif dan melebihi pendekatan yang disarankan dalam buku pegangan guru. Pendekatan historis digunakan guru untuk memberikan pemahaman awal sebelum siswa memahami konsep massa jenis. Guru menyajikan sebuah cerita di masa lalu mengenai penemuan Archimedes dan bagaimana penemuannya berguna hingga saat ini, terutama dalam mengetahui nilai massa jenis. Strategi pemilihan pendekatan historis pada materi massa jenis ini sudah tepat. Hal ini terlihat dari bagaimana siswa akhirnya mampu mensimulasikan penemuan Archimedes dan meng-hubungkan pentingnya pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan historis yang digunakan dalam pembelajaran IPA tidak hanya menarik untuk siswa yang menyukai pelajaran IPA, tapi juga untuk siswa yang kurang menyukai IPA karena berbagai alasan, misalnya karena mereka menganggap konsep dalam IPA sulit dipahami, atau karena mereka tidak menyukai rumus dan perhitungan Mamlok-Naaman et al., 2005. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 17 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online Pemilihan Metode Ketiga subjek menggunakan metode yang berbeda sesuai sifat materi pelajaran yang dibahas. Namun, sama seperti pada pemilihan pendekatan, guru berpengalaman menggunakan metode yang lebih variatif dibandingkan mahasiswa dan mahasiswa PPL. Ketiganya menggunakan metode ceramah. Namun, hanya mahasiswa yang menggunakan metode ceramah ini sebagai satu-satunya metode yang digunakan selama kegiatan pembelajaran, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk karakteristik materi Ekosistem. Mahasiswa PPL dan guru berpengalaman yang sudah tepat menerapkan metode ceramah dan menggabungkannya dengan metode lain, seperti diskusi. Guru berpengalaman bahkan menambahkan pendekatan historis sebelum masuk ke dalam kegiatan inti berupa praktikum. Kurangnya variasi yang digunakan mahasiswa kemungkinan karena adanya rasa kurang percaya diri, khawatir, dan ragu-ragu dalam membawakan materi di fase awal mengajar Sukaesih et al., 2017. Pada kegiatan pendahuluan, mahasiswa memberikan pertanyaan apersepsi mengenai komponen Ekosistem kepada siswa, kemudian siswa menjawab dan mahasiswa menanggapinya. Pada kegiatan inti, mahasiswa menjelaskan tentang peranan komponen ekosistem, rantai makanan, dan jaring-jaring makanan. Kemudian, siswa duduk berkelompok untuk menjawab pertanyaan pada Lembar Kegiatan Siswa LKS dan menyusun beberapa gambar menjadi jaring-jaring makanan. Selanjutnya, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya diikuti dengan kegiatan menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah diskusi, mahasiswa membahas kembali pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS, tanpa menarik kesimpulan bersama siswa. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa mahasiswa hanya menggunakan metode ceramah selama kegiatan pembelajaran, meskipun beberapa kali terjadi kegiatan tanya jawab baik dari guru ke siswa, maupun sebaliknya. Pemilihan metode ini kurang tepat, karena metode ceramah untuk jumlah siswa yang relatif banyak dan pasif hanya akan memberikan sedikit pemahaman nyata kepada siswa National Research Council, 1997. Materi seperti Ekosistem memerlu-kan keaktifan siswa untuk mengobservasi langsung lingkungan di sekitarnya Sitanggang & Yulistiana, 2015. Observasi akan mengasah kemampuan siswa untuk menggali pengetahuan dari setiap objek yang diamati Rochintaniawati et al., 2009. Hal ini sejalan dengan buku pegangan guru Widodo et al., 2017 yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekosistem ini sebaiknya menggunakan metode pengamatan langsung. Jika pun ada kendala untuk membawa siswa keluar kelas, akan lebih baik jika guru mengombinasikan metode ceramah dengan metode lain, misalnya role playing. Metode ini akan membuat siswa lebih memahami tentang peranan komponen ekosistem dan proses terjadinya jaring-jaring makanan. Mahasiswa PPL menggunakan metode ceramah untuk merangsang pengetahuan dasar siswa dengan memunculkan pertanyaan apersepsi berupa “apakah setelah berenang selama berjam-jam, kita akan berkeringat?” pada kegiatan pendahuluan. Pertanyaan yang merangsang pengetahuan dasar siswa seperti ini merupakan awal yang baik dalam memulai diskusi Wierdsma et al., 2016. Setelah itu, pada bagian inti, mahasiswa PPL teramati menggunakan metode diskusi. Pemilihan metode diskusi pada pembelajaran pembentukan keringat sudah tepat. Siswa dilatih untuk berpikir kritis seiring jalannya diskusi National Science Teachers Association, 2009, baik ketika mendengarkan pertanyaan guru, ataupun ketika mendengarkan pertanyaan dan sanggahan dari teman-temannya. Namun, mahasiswa PPL sebenarnya bisa mengemas kegiatan diskusi dengan melakukan rekontekstualisasi, yaitu dengan mengadaptasi konsep ekskresi di kulit ke dalam suatu konteks yang baru Wierdsma et al., 2016. Selain itu, guru juga bisa menggunakan metode praktikum dengan meminta setiap kelompok melakukan beberapa aktivitas tertentu dan mengamati berbagai variabel yang mempengaruhi proses berkeringat setiap orang misalnya apakah cepat lamanya seseorang dipengaruhi berat badan, suhu lingkungan, jenis aktivitas yang dilakukan, dsb. Hal ini sejalan dengan pernyataan Zubaidah et al. 2017 dalam buku pegangan guru yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekskresi ini sebaiknya menggunakan metode praktikum. Dengan demikian penggunaan metode yang dilakukan mahasiswa PPL kurang tepat. Jika dibandingkan dengan mahasiswa dan mahasiswa PPL, guru berpengalaman menggunakan metode yang lebih variatif, yaitu metode ceramah, praktikum dan diskusi. Metode ceramah digunakan pada kegiatan awal pembelajaran, yaitu ketika guru mencoba menjelaskan mengenai konsep zat dan zat padat secara umum. Meskipun menggunakan metode ceramah, komunikasi yang terjadi tidak hanya satu arah dari guru saja. Awalnya, guru menayangkan beberapa gambar contoh-contoh zat padat, lalu mena-nyakannya kepada siswa. Siswa kemudian akan menjawab sesuai pengetahuan mereka, lalu selanjutnya Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 18 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online guru akan memberikan jawaban dan penjelasan yang tepat. Kegiatan dilanjutkan dengan praktikum. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami LKS yang diberikan dan membiarkan siswa berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk melakukan praktikum pengukuran massa jenis. Pemilihan metode praktikum ini sudah tepat Bella & Bachri, 2020. Hal ini sejalan dengan buku pegangan guru Widodo et al., 2017 yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi massa jenis sebaiknya menggunakan metode praktikum. Siswa akan lebih mengingat konsep, terutama rumus dalam pelajaran fisika, dengan melakukannya sendiri. Selain itu, kegiatan praktikum adalah kegiatan yang dianggap menyenangkan oleh siswa dalam pelajaran sains Maison et al., 2020. Pemilihan metode diskusi dalam materi ini juga tepat. Metode diskusi menjadi pilihan banyak guru IPA karena akan mengurangi intensitas penjelasan guru di depan kelas dan membuat siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran Insani, 2016. Dengan demikian metode pembelajaran guru berpengalaman sudah sesuai dengan yang disarankan dalam buku pegangan guru bahkan lebih variatif lagi. Hal ini sesuai dengan Anwar et al., 2014 yang menyatakan bahwa hal yang membedakan antara guru berpengalaman dan tidak berpengalaman yaitu guru berpengalaman dalam memilih metode tidak hanya terkait dengan karakteristik materi tetapi juga terkait pada latar belakang dan karakteristik siswa. Selain itu guru berpengalaman lebih kepada penggunaan multi metode sedangkan guru tidak berpengalaman lebih cenderung kepada model-model pembelajaran. Pemilihan Media Dalam pemilihan media, dapat dilihat bahwa guru berpengalaman juga menggunakan media yang lebih variatif dibandingkan mahasiswa dan mahasiswa PPL. Di antara ketiganya, hanya guru berpe-ngalaman pula yang sudah memilih media pembelajaran dengan tepat. Mahasiswa dan mahasiswa PPL hanya menggunakan media berupa gambar dua dimensi dan teks, bahkan belum secara optimal. Padahal jenis materi yang dibahas menuntut mereka untuk menggunakan media yang lebih tepat. Kurangnya variasi penggunaan media oleh mahasiswa calon guru menunjukkan mereka belum menerapkan pemahaman terhadap kurikulum, hakikat belajar, dan prinsip belajar aktif secara maksimal Sukaesih et al., 2017. Mahasiswa menggunakan media berupa teks yang ditampilkan pada slide power point. Media lainnya adalah gambar-gambar dua dimensi yang harus disusun oleh siswa secara berkelompok untuk membentuk jaring-jaring makanan. Padahal, media terbaik yang seharusnya dipilih mahasiswa dalam membahas materi “Ekosistem” adalah media asli yang dapat ditemui siswa lingkungan di sekitar siswa. Dengan melakukan observasi lingkungan, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang tidak akan pernah dilupakannya. Pembelajaran juga akan berlangsung secara kontekstual karena siswa dapat melihat langsung teori yang dipelajari di buku dengan keadaan langsung di lapangan. Selain itu, penggunaan media laboratorium alam atau lingkungan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa Sitanggang & Yulistiana, 2015. Hal ini sejalan dengan Widodo et al. 2017 dalam buku pegangan guru yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekosistem ini sebaiknya menggunakan media asli yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Dengan demikian penggunaan media yang dilakukan mahasiswa kurang tepat. Mahasiswa PPL menggunakan media gambar dua dimensi dalam membahas konsep mengenai aktivitas tubuh. Gambar yang digunakan berjumlah dua, yaitu berupa seseorang yang sedang berlari di bawah sinar matahari dan seseorang yang sedang berenang. Media gambar tersebut pada awalnya bisa menarik perhatian siswa, namun kemudian media tersebut menjadi kurang berguna. Media yang tepat untuk menjelaskan proses yang berlangsung dalam tubuh seperti proses pembentukan keringat adalah video dan model organ. Mahasiswa PPL seharusnya bisa memaksimalkan perkembangan media dan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik bagi siswa Sack, 2019. Penggunaan video dan model organ akan membantu siswa mendapatkan visualisasi dari proses yang tidak dapat dilihatnya secara langsung, sehingga materi akan lebih dipahami siswa Ilhamsyah, 2017. Selain itu, sebenarnya guru bisa memaksimalkan media asli. Proses pembentukan keringat merupakan proses alami yang bisa terjadi, dapat dibuktikan, dan bisa diamati oleh siswa. Guru bisa meminta siswa melakukan beberapa olahraga ringan yang bisa dilakukan di dalam kelas dan melihat reaksi tubuh yang terjadi setelahnya, dan membahasnya bersama. Hal ini sejalan dengan Zubaidah et al., 2017 dalam buku pegangan guru yang menyarankan bahwa pada saat pembelajaran materi ekskresi kulit ini sebaiknya menggunakan media asli yaitu kulit. Media lain yang pernah digunakan dalam pembelajaran sistem ekskresi manusia adalah media permainan truth or dare Rahayu & Martini, 2019. Media ini Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 19 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penggunaan media oleh guru PPL kurang tepat. Selain menggunakan media teks dan gambar dua dimensi, guru berpengalaman menggunakan media berupa video tentang sejarah penemuan massa jenis dan berbagai benda padat yang akan digunakan selama praktikum. Hal ini sejalan dengan saran yang diberikan dalam buku pegangan guru Widodo et al., 2017 bahwa pada saat pembelajaran materi massa jenis sebaiknya menggunakan media asli yang digunakan pada saat praktikum. Guru berpengalaman menggunakan berbagai media tersebut secara tepat. Materi pelajaran fisika seperti massa jenis memerlukan pengalaman belajar berupa eksplo-rasi besaran-besaran yang saling berkaitan dalam suatu formula. Siswa akan memahami hubungan antar besaran dengan pengukuran dan pembuktian langsung. SIMPULAN Hasil analisis video menunjukkan bahwa guru berpengalaman menggunakan strategi pembelajaran berupa pemilihan pendekatan, metode, dan media yang lebih variatif dibandingkan mahasiswa dan mahasiswa PPL. Selain itu, pemilihan tersebut juga sudah tepat digunakan selama kegiatan pembel-ajaran. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa hanya guru berpengalaman yang memaksimalkan kegiatan penutup untuk membahas konsep, baik yang telah dipelajari pada pertemuan hari itu ataupun mengaitkannya dengan pertemuan berikutnya. Namun, ada satu pola yang sama diantara ketiganya yaitu menggunakan kegiatan inti yang lebih dominan dibandingkan kegiatan pendahuluan dan kegiatan penutup. DAFTAR PUSTAKA Adi, Y. K., & Widodo, A. 2018. Pemahaman hakikat sains pada guru dan siswa Sekolah Dasar. Edukasi Journal, 101, 55–72. Ali, L. U., Suastra, I. W., & Sudiatmika, A. 2013. Pengelolaan pembelajaran IPA ditinjau dari hakikat sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran IPA Indonesia, 31. Anwar, Y., Rustaman, N. Y., Widodo, A., & Redjeki, S. 2014. Kemampuan pedagogical content knowledge guru biologi yang berpengalaman dan yang belum berpengalaman. Jurnal Pengajaran MIPA, 191, 69–73. Anwar, Y., Rustaman, N. Y., Widodo, A., & Redjeki, S. 2016. Perkembangan kemampuan pedagogical content knowledge PCK calon guru biologi pada pendekatan konkuren. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 353, 349–356. Bella, O. K., & Bachri, B. S. 2020. Pengaruh model problem based learning terhadap hasil belajar pada materi massa jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas vii di sekolah menengah pertama Surabaya. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 1010. Cakir, M. 2008. Constructivist approaches to learning in science and their implication for science pedagogy A literature review. International Journal of Environmental and Science Education, 34, 193–206. Chotimah, K., & Hariyatmi. 2017. Gambaran kemampuan pedagogicalcontent knowledge guru IPA kelas VII SMP Negeri se-Kabupaten Sukoharjo. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 16, 671–678. Darling-Hammond, L., Flook, L., Cook-Harvey, C., Barron, B., & Osher, D. 2020. Implications for educational practice of the science of learning and development. Applied Developmental Science, 242, 97–140. Großschedl, J., Harms, U., Kleickmann, T., & Glowinski, I. 2015. Preservice biology teachers’ professional knowledge structure and learning ppportunities. Journal of Science Teacher Education, 263, 291–318. Ilhamsyah, E. 2017. Pemanfaatan model ginjal dan LKS berjenjang dalam pembelajaran sistem ekskresi manusia untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Wawo. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 32, 232–242. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 20 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online Insani, M. D. 2016. Studi pendahuluan identifikasi kesulitan dalam pembelajaran pada guru IPA SMP se-Kota Malang. Jurnal Pendidikan Biologi, 72, 81–93. Jumanto, & Widodo, A. 2018. Pemahaman hakikat sains oleh siswa dan guru SD di Kota Surakarta. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 21, 20–31. Kastutik, A. W., & Hariyatmi. 2017. Profil kemampuan Pedagogical Content Knowledge PCK guru IPA kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 643–648. Loughran, J., Berry, A., & Mulhall, P. 2012. Understanding and developing science teachers’ pedagogical content knowledge 2nd ed.. Sense Publisher. Maison, M., Kurniawan, D. A., & Pratiwi, N. I. S. 2020. Pendidikan sains di sekolah menengah pertama perkotaan Bagaimana sikap dan keaktifan belajar siswa terhadap sains? Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 62, 135–145. Majid, A. 2008. Perencanaan pembelajaran mengembangkan standar kompetensi guru. PT Remaja Rosdakarya. Mamlok-Naaman, R., Ben-Zvi, R., Hofstein, A., Menis, J., & Erduran, S. 2005. Learning science through a historical approach Does it affect the attitudes of non-science-oriented students towards science? International Journal of Science and Mathematics Education, 33, 485–507. Mariana, I. M. A., & Praginda, W. 2009. Hakikat IPA dan pendidikan IPA. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Maryanto, J., & Hariyatmi. 2017. Profil pedagogical knowledge guru IPA kelas VIII SMP Muhammadiyah se-Kota Surakarta. Seminar Nasional Pendidikan Biologi Dan Saintek II, 666–670. McComas, W. F., Clough, M. P., & Almazroa, H. 2002. The nature of science in science education Rationales and strategies W. F. McComas ed.. Kluwer Academic Publishers. Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P., & Hooper, M. 2016. TIMSS 2015 international results in science. TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College,. National Research Council. 1997. Science teaching reconsidered A handbook. The National Academies Press. National Science Teachers Association. 2009. The biology teacher’s handbook 4th ed.. BSCS NSTA Press. Padila, T. M., Anwar, Y., & Madang, K. 2017. Analisis kemampuan Pedagogical Content Knowledge PCK mahasiswa calon guru biologi FKIP Unsri sebelum dan setelah praktik mengajar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 2017, 571–581. Putra, M. J. A., Widodo, A., & Sopandi, W. 2017. Science teachers’ pedagogical content knowledge and integrated approach. Journal of Physics Conference Series, 8951, 012144. Rahayu, W., & Martini. 2019. Penggunaan media permainan truth or dare pada materi ekskresi manusia untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 3 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Sains JPS, 72, 279–283. Rochintaniawati, D., Wulan, A. R., & Sriyati, S. 2009. Kebutuhan guru sekolah dasar di Cimahi dan Kabupaten Bandung dalam melangsungkan pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian, 102, 1–11. Sack, J. D. 2019. Classroom materials and media reviews. The American Biology Teacher, 816, 459. THE Schleicher, A. 2019. PISA 2018 Insights and interpretations. OECD Publishing. 2018 Insights and Interpretations FINAL Sitanggang, N. D. H., & Yulistiana, Y. 2015. Peningkatan hasil belajar ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam. Formatif Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 52, 156–167. Stigler, J. W., Gonzales, P., Kawanaka, T., Knoll, S., & Serrano, A. 1999. The TIMSS videotape Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 7 1, 2021 - 21 Rusyda Mutanaffisah, Resmi Ningrum, Ari Widodo Copyright © 2021, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA ISSN 2406-9205 print, ISSN 2477-4820 online classroom study Methods and findings from an exploratory research project on eighth-grade ,athematics instruction in Germany, Japan, and the United States Issue February. Government Printing Office. Sukaesih, S, Ridlo, S., & Saptono, S. 2019. Development of biology teaching management textbooks based on competency and conservation to maximize Pedagogical and Content Knowledge PCK the prospective teachers. Journal of Physics Conference Series, 13213, 1–6. Sukaesih, Sri, Ridlo, S., & Saptono, S. 2017. Profil kemampuan Pedagogical Content Knowledge PCK calon guru biologi. Lembaran Ilmu Kependidikan, 461, 68–74. Widodo, A. 2017a. Teacher Pedagogical Content Knowledge PCK and students’ reasoning and wellbeing. Journal of Physics Conference Series, 812. Widodo, A. 2017b. Experienced biology teachers’ pedagogical content knowledge PCK on photosynthesis. AIP Conference Proceedings, 1848May. Widodo, A. 2006. The feature of biology lessons Results of a video study. Second UPI-UPSI Joint International Conference, 1–17. Widodo, W., Rachmadiarti, F., & Hidayati, S. N. 2017. Buku guru ilmu pengetahuan alam SMP/MTs kelas VII Edisi Revi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Wierdsma, M., Knippels, M. C., van Oers, B., & Boersma, K. 2016. Recontextualising cellular respiration in upper secondary biology education. Characteristics and practicability of a learning and teaching strategy. Journal of Biological Education, 503, 239–250. Zubaidah, S., Mahanal, S., Yuliati, L., Dasna, I. W., Pangestuti, A. A., Puspitasari, D. R., Mahfudhillah, H. T., Robitah, A., Kurniawati, Z. L., Rosyida, F., & Sholihah, M. 2017. Buku guru ilmu pengetahuan alam kelas VIII SMP/MTs. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. ... Science learning must become part of community life, taking place in various policies that involve students and community members in activities that are beneficial to their own lives Genisa et al., 2020. Each subject in science has its own characteristics, so teachers need to study each of these characteristics so they can teach material effectively and efficiently Mutanaffisah et al., 2021. In science learning, students not only learn about concepts but must understand a process of phenomena occurring by observing, demonstrating, experimenting, and exploring and constructing material. ...Riska SeptianitaErni SuhariniArif WidiyatmokoSungkowo Edy MulyonoThe learning innovation developed is combining learning modules with the use of mobile phones so that learning is interactive and meaningful. The preparation of the module uses the PBL stages with the content of socioscientific issues according to what happens in everyday life so that it is expected to train one of the 21st century skills is critical thinking skills and support digitization of education. This study aims to develop an interactive module containing problem based learning with socioscientific issues on the water cycle material and to determine the content and construct validity of the developed learning modules. The method used in development research was adapted from the RnD method with the ADDIE model Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The data collection technique was in the form of a validation questionnaire for material experts, linguists, and media experts. From the results of data validation and analysis, a percentage of was obtained for content validation and a percentage of 97,52% for construct validation, both of which were classified as very valid. From these results it can be concluded that the interactive module containing Problem Based Learning with socioscientific issues in the water cycle material is feasible to use in terms of validity aspects... Natural Sciences courses are directed at conducting experiments or practicums so that they can help students gain a deeper understanding of the natural sciences. The application of science learning in the classroom with appropriate methods has been proven to improve students' knowledge and skills Mutanaffisah et al., 2021; Ali & Sukmawati, 2022. Teachers have started to use various methods to teach science in the classroom, but often teachers fail to train the scientific character in students because the learning model used is still not appropriate and without consideration of students' intellectual abilities. ...Setyo Eko AtmojoThis study aims to analyze the effectiveness of online science learning assisted by a virtual laboratory on the scientific character of prospective elementary school teacher students. This scientific character is very much needed by prospective elementary school teachers to produce the next generation of the nation who master natural science and have good scientific character. This research method is an experiment with a quasi-experimental design type. The subjects of this study were students of classes A7 and A8, totaling 80 people. Data collection techniques using observation, questionnaires and tests. The data analysis technique used percentage, t-test, and N-gain. The results showed that there was an increase in the average appearance of scientific characters from each meeting from the medium level at the first meeting to high at the sixth meeting. The results of the t-test on the post-test score obtained that the t value = > t table = means that there is a significant difference in learning achievement between students who take online science learning assisted by virtual laboratories and students who take regular online science lessons. Based on the N-Gain test, it is known that the experimental group has an improvement with moderate criteria which is better than the control group with low improvement criteria nature of science has not been taught as a teaching material at school in Indonesia. This study aims to reveal the understanding of teachers and primary students about the nature of science. This study was a survey research with descriptive approach. Data were collected through closed questionnaires for teachers and students. Teachers and primary students as research subjects were located in Kuningan District. Purposive sampling was used as a sample. The results showed that both teachers and students have an understanding of the nature of science in the range of Intermediate categories. Because of the importance of understanding about the nature of science in science subjects, it is expected that further research to develop materials and learning models based on the nature of science in primary article draws out the implications for school and classroom practices of an emerging consensus about the science of learning and development, outlined in a recent synthesis of the research. Situating the review in a developmental systems framework, we synthesize evidence from the learning sciences and several branches of educational research regarding well-vetted strategies that support the kinds of relationships and learning opportunities needed to promote children’s well-being, healthy development, and transferable learning. In addition, we review research regarding practices that can help educators respond to individual variability, address adversity, and support resilience, such that schools can enable all children to find positive pathways to Usman AliThis study aimed to describe 1 the teachers understanding on the nature of science, 2 the application of the nature of science in teaching science, 3 the barriers ocoured during its implementation and 4 the solutions which was done to solve the learning problems. Designed as qualitative research, this closed to case study approach. This study in teaching learning process at the junior high school in SMP Negeri 1 Selong, SMP Negeri 1 Terara, and SMP Negeri 1 Masbagik. The data were collected trought observation, interview, questionnaires, and documentations. Triangulation is used to assess the credibility, truth, relevancy of the data and was done using Miles and Huberman intractive model of data analysis. The findings of the study showed 1 the teachers have low understanding about nature of science, 2 the teachers was seldom in applying the nature of science in learning process 25,0%, 3 the barriers found by the teachers was inapropriate of the subject materials with time managements, aspects of cognition oriented, students’ mental readiness and the teachers is not understanding of the nature of science, and 4 the teachers dominantly used discussion and speech methods than used inquiry methode in teaching learning objectives of this research are 1 to examine the feasibility of competences and conservation-based textbook of Biology teaching management, 2 to test the effectiveness of the developed textbooks in the small and large-scale test. This study is an Educational Research and Development R & D following the stages of potential and problems analysis, data collection, product design, product validation, trial usage, product revision, and mass production. The results of the feasibility assessment of the product by the expert, the textbook have content the very feasible criteria 77,88, and media experts gave very feasible criteria 83,35. In the small-scale test, the students responded that the book had met the criteria of excellent legibility, on 14 indicators of product legibility with an average legibility value of 90,07. The textbook legibility is excellent since the sentence is understandable and communicative, has illustration adequacy, easy to use, relevant to the competences achievement, as well as there is the integration of conservation character values and TPACK description. The large-scale test showed that the application of the developed textbook was effective in maximizing the ability of prospective teachers’ PCK. It is found that competences and conservation-based Biology Teaching Management textbook are very feasible and powerful to maximize the PCK of prospective biology integrated approach refers to the stages of pupils' psychological development. Unfortunately, the competences which are designed into the curriculum is not appropriate with the child development. This Manuscript presents PCK pedagogical content knowledge of teachers who teach science content utilizing an integrated approach. The data has been collected by using CoRe, PaP-eR, and interviews from six elementary teachers who teach science. The paper informs that high and stable teacher PCKs have an impact on how teachers present integrated teaching. Because it is influenced by the selection of important content that must be submitted to the students, the depth of the content, the reasons for choosing the teaching procedures and some other things. So for teachers to be able to integrate teaching, they should have a balanced ke-21 merupakan abad pengetahuan yang menghendaki segala aktivitas berbasis pada pengetahuan. Pada abad ke-21 ini sangat dibutuhkan keterampilan berpikir kritits, kreatif, kemampuan kolaboratif, metakognitif, kemampuan komunikasi, dan menguasai teknologi komunikasi. Selain itu, sikap dan keaktifan belajar merupakan hal penting yang harus dimiliki peserta didik dalam pembelajaran pada abad ke-21. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk melihat bagaimana hubungan sikap dengan keaktifan belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Penelitian ini adalah penelitian mix methods metode asosiatif jenis korelasional. Prosedur penelitian ini dimulai dengan menyebarkan angket, dokumetasi, dan wawancara. Pengambilan data angket data kuesioner diberikan kepada 147 siswa di SMPN 18 Kota Jambi. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis data yaitu pengkodean data, penyariangan data-data yang layak dan analisis dari data tersebut. Teknik analisis data menggunakan uji korelasional untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap dan keaktifan belajar. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara sikap dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dari hasil analisis pearson correlation sebesar Science education in urban secondary school How attitude towards science and learning activity? AbstractThe 21st century is the age of knowledge which requires all knowledge-based activities. In the 21st century, critical thinking skills, creative skills, collaborative abilities, metacognitive skills, communication skills, and communication technology are needed. Besides, learning attitudes and activeness are important things that students must have in learning in the 21st century. Therefore this study was designed to see how the relationship between attitudes and student learning activeness in science subjects. This research is mixed-method research with an associative type of correlational method. This research procedure begins with distributing questionnaires, documentation, and interviews. Retrieving questionnaire data was given to 147 students at SMPN 18 Jambi City. From the data, data analysis was then carried out, namely data coding, filtering the appropriate data, and analyzing the data. The data analysis technique uses a correlational test to determine whether there is a relationship between attitudes and learning activeness. The results of this study showed a positive relationship between student attitudes and activeness in science subjects as indicated by the results of the Pearson correlation analysis of Demak H. SitanggangYulistiana Yulistianap>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ekosistem melalui penggunaan laboratorium alam klas 7 di SMP negeri 86 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan penelitian Tindakan kelas PTK. Penelitian ini dilaksanakan secara saintifik antara peneliti dengan guru IPA dan siswa yang menjadi subjek dari penelitian. PTK dilakukan dua siklus dengan empat kali pertemuan. Kegiatan siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan plan, tindakan pelaksanaan action, observasi observation, dan refleksi reflective. Akhir dari pengajaran kelas PTK diberikan tes berbentuk soal dan angket. Hasil data kemudian akan dianalisis dalam bentuk analisis deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Dari data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan laboratorium alam meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan pokok bahasan ekosistem kelas 7 SMP Negeri 86 Jakarta Selatan sebesar 80% peningkatan tersebut diperoleh setelah dua kali siklus tindakan kelas.

ሼቩиծужуባιμ чιчиዢЕբላπխй оснխЕслимոцε ипанուրեзሰ илинуղωчеτ
ሑաኃևлθмиլ онтумакεзв нтеУ սоጬեφαቯεմθՑи шегሆцеδеք
Хуժι կэрաቶተСዦτοснա ωжаνеሹαርеԵՒпэፕудըср մ уд
Апυμуπеծе ሪድклիче узωያиբОጺатኝктидል цጠше ацυዮεնиտሎЗኸማи εզ χ
IPAmempunyai objek dan persoalan yang holistik sehingga IPA perlu disajikan. secara holistik. Menurut Hewitt, Paul G and etc (2007: xvi), sains terintegrasi. menyajikan aspek fisika, kimia, biologi, ilmu bumi, astronomi dan aspek lainnya dari. Ilmu Pengetahuan Alam. Dalam bukunya Conceptual Integrated Science, IPA.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi dalam menyampaikan materi dari seorang guru atau tenaga pendidik kepada seorang pelajar atau biasa dikenal dengan siswa. Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk membantu para tenaga pendidik dalam memberikan materi berdasarkan sifat atau karakteristik setiap anak. Metode pembelajaran saat ini sangat dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang maksimal kepada siswa. Disamping itu, sistem pembelajaran dengan metode seperti ini juga lebih efektif daripada hanya sekedar menyampaikan materi saja. Sering bingung dengan metode pembelajaran siswa? Atau kamu belum tahu bagaimana metode belajar mengajar yang baik? Yuk, Kamu bisa baca lebih lanjut mengenai metode pembelajaran dan ruang lingkupnya disini. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli1. Agus Supriyono2. Husnaeni3. Prawiladaga4. Nana Sudjana5. Ahmadi6. Gerlach dan EllyMedia Pembelajaran1. Media Pembelajaran Audio2. Media Pembelajaran Visual3. Media Pembelajaran Audio VisualMacam – macam Metode Pembelajaran1. Ceramah2. Diskusi3. Demonstrasi4. Tanya Jawab5. Resitasi6. Eksperimental7. Study Tour8. Latihan9. Problem Solving10. Metode Mengajar Beregu11. Metode Mengajar Sesama Teman12. Jigsaw13. Contextual Teaching and Learning Context CTL Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Para Ahli Sumber 1. Agus Supriyono Dalam bukunya menjelaskan, metode pembelajaran adalah suatu pola sebagai rancangan atau pedoman dalam melakukan perencanaan pembelajaran selama di kelas. 2. Husnaeni Mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu model pembelajaran yang telah disiapkan dari awal hingga akhir oleh guru yang akan mengajarkannya di kelas. 3. Prawiladaga Juga menyebutkan apabila metode pembelajaran adalah suatu urutan atau prosedur sekaligus cara yang seorang guru gunakan untuk dapat melaksanakan tujuan dari proses pembelajaran. Atau dengan kata lain, metode pembelajaran ini dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Nana Sudjana mendefinisikan metode pembelajaran sebagai cara guru dalam melakukan hubungannya dengan siswa ketika terjadi proses belajar mengajar. 5. Ahmadi Metode pembelajaran adalah bentuk pengetahuan tentang berbagai cara dalam mengajar, yang kemudian dilakukan oleh seorang pengajar. 6. Gerlach dan Elly Memiliki pandangannya sendiri dalam menjelaskan metode pembelajaran, yaitu tentang rencana sistematis dalam menyampaikan informasi. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, bisa diambil kesimpulan jika metode pembelajaran adalah cara strategis dalam menyampaikan materi pengajaran dari seorang pendidik atau pengajar kepada para pelajar atau siswanya, serta untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Tidak hanya itu, metode pembelajaran memiliki beberapa karakteristik didalamnya, yaitu bersifat luwes atau fleksible. Ini artinya setiap metode harus memiliki sisi penyesuaian dengan sifat atau watak dari murid serta materi yang diajarkan. Seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran secara fungsional atau bentuk teori dan praktik dapat memberikan kemampuan praktis untuk siswanya. Selain itu, tenaga pendidik juga harus mampu mengembangkan materi tanpa menguranginya, dengan cara memberikan keleluasaan atau kesempatan murid dalam menyampaikan pendapatnya. Media Pembelajaran Sumber Secara umum, media pembelajaran adalah alat bantu untuk melakukan proses pengajaran guna memudahkan pemahaman dalam menyampaikan informasi melalui berbagai sarana. Dalam proses belajar mengajar, memang tidak selalu dibutuhkan media didalamnya. Namun, tidak ada salahnya apabila seorang pengajar mempunyai kemampuan kreativitas dengan memberikan beberapa media pembelajaran untuk meningkatkan tingkat pemahaman dan antusiasme siswa. Ada banyak media yang bisa dimanfaatkan dalam proses ini, tidak perlu yang rumit atau susah. Coba kita lihat ada benda apa di sekitarmu, jika kamu sadar kamu pasti akan menemukannya dengan mudah. Dalam hal ini, ada beberapa macam media pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut 1. Media Pembelajaran Audio Sumber Media pembelajaran audio adalah model pembelajaran dengan memanfaatkan suara sebagai alat bantu pengajaran. Contohnya, ketika seorang guru bahasa Inggris melakukan proses belajar mengajar. Guru ini dapat menggunakan media audio seperti fasilitas laboratorium bahasa untuk mengasah kemampuan listening atau pendengaran siswa dalam memahami percakapan bahasa inggris. 2. Media Pembelajaran Visual Sumber Berbeda dengan media pembelajaran audio, media ini lebih menekankan pada penglihatan atau kretivitas visual. Untuk menyiapkan media pembelajaran visual tidak terlalu sulit, atau bahkan biasanya sudah disiapkan oleh media – media elektronik saat ini seperti fitur yang terdapat di laptop. Sebagai contoh, penggunaan grafik, chart, poster, atau gambar menarik lainnya. Melalui media tersebut, guru bisa menyisipkan materi yang disampaikan sehingga terkesan lebih menarik dan siswa juga lebih bersemangat untuk belajar. Tidak hanya itu, kamu sebagai guru juga bisa menggunakan power point dengan alat bantu LCD dan projector untuk menampilkan slides yang telah kamu siapkan. 3. Media Pembelajaran Audio Visual Sumber Seperti namanya, media pembelajaran jenis ini menggabungkan dua media yaitu audio dan visual. Untuk menggunakan media audio visual, mungkin kamu bisa mencarinya dari internet jika ingin lebih mudah dan cepat. Contohnya, guru jika ingin memberikan contoh suatu peristiwa, bisa mencari permisalan dari internet dan diunduh atau langsung saja ditampilkan berupa video talkshow atau yang lainnya kepada para siswanya. Sumber Apabila kamu adalah salah satu dari tenaga pengajar di Indonesia, jangan lagi bingung dengan metode – metode saat ini. Mengapa demikian? Karena terdapat banyak jenis metode pembelajaran yang bisa kamu gunakan untuk mengajar para siswa berdasarkan kriteria masing-masing jenis metode pembelajarannya. Untuk penjelasan lebih lanjut, berikut macam-macam metode pembelajaran yang bisa diterapkan 1. Ceramah Sumber Metode pembelajaran ceramah ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan dan paling lama dikenal oleh setiap tenaga pengajar. Dalam metode ini, seorang pengajar dituntut untuk menyampaikan informasi lebih banyak daripada mempertimbangkan feedback dari siswa. Sistem pembelajaran metode ini hanya berpusat pada guru dalam menjelaskan materi, serta bentuk komunikasi lisan dari guru kepada siswanya. Metode pembelajaran ceramah ini memiliki kelemahan dan kelebihan didalamnya. Kelemahan metode ini adalah hanya berfokus pada sang pengajar dan siswa cenderung pasif atau mendengarkan materi yang telah disiapkan dan dituturkan oleh sang pengajar. Di sisi lain, kelebihan metode ini justru memberikan materi yang sangat jelas dari guru. Siswa disini akan mendapat materi yang benar dan jelas. Apabila dibandingkan dengan sistem belajar mandiri, dimana siswa didorong untuk mencari dan memahami materi sendiri, siswa memiliki kemungkinan untuk mendapat kesalahpahaman dalam mendapat pengetahuan, sehingga sistem ceramah ini lebih disarankan. Seiring berjalannya waktu, metode ceramah ini mengalami perkembangan dengan menggabungkan metode tanya jawab yang bervariasi didalamnya, sehingga pembelajaran dua sisi masing-masing dari siswa dan guru dapat tercapai dengan lebih baik. 2. Diskusi Sumber Metode pembelajaran jenis ini berbanding terbalik dengan metode ceramah sebelumnya, karena lebih memfokuskan memahami materi pada siswa. Biasanya, guru membagi anggota kelas menjadi beberapa kelompok, kemudian menyuguhkan suatu persoalan atau permasalahan dimana siswa atau kelompok tersebut harus menemukan jawabannya. Melalui metode diskusi, secara tidak langsung siswa akan memahami materi yang disampaikan. Mereka langsung melakukan praktek untuk menemukan solusi dari persoalan tersebut. Siswa disini dituntut untuk aktif dalam mengemukakan pendapat mereka meskipun diantara sesama teman kelompok, sehingga secara tidak sadar ini juga melatih tingkat percaya diri mereka dalam berfikir kritis. Metode pembelajaran diskusi ini juga memiliki manfaat didalamnya, yaitu melatih siswa untuk saling menghormati setiap opini yang diberikan oleh temannya. Jika ada banyak perbedaan pendapat dalam satu kelompok, mereka harus menahan dirinya masing-masing untuk mempertimbangkan pendapat teman yang lain atau dengan kata lain mereka menerapkannya dengan cara musyawarah. Selain itu, suasana kelas juga lebih hidup dengan mendengarkan pendapat masing-masing kelompok didalamnya. 3. Demonstrasi Sumber Model pembelajaran demonstrasi adalah metode menjelaskan suatu peristiwa atau materi tentang prosedur dengan cara mencontohkannya. Tentu, model demonstrasi ini memiliki kelemahan didalamnya yaitu terlalu memakan waktu dalam penyampaiannya. Selain itu, tidak semua materi bisa diterapkan dengan metode ini. Meskipun demikian, sisi positifnya adalah siswa akan lebih tertarik dan fokus dalam memahami materi yang disampaikan. 4. Tanya Jawab Sumber Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan dari guru kepada siswa atau siswa yang memberikan pertanyaan ke guru. Metode ini menyampaikan materi melalui pertanyaan dan jawaban yang diberikan, dan memiliki jangkauan persoalan yang lebih luas. Manfaat dari metode ini adalah bisa mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi, dan memberikan stimulus siswa untuk merespon setiap aktivitas, serta guru juga bisa mengevaluasi apa hal – hal atau materi yang sekiranya sudah dan belum dipahami oleh murid. 5. Resitasi Sumber Metode Pembelajaran Resitasi biasa juga disebut dengan metode pembelajaran penugasan merupakan model pengajaran dengan memberikan tugas diluar jam kelas kepada siswa. Guru memberikan tugas untuk memahami materi lebih lanjut di rumah masing-masing, kemudian ketika sesampainya di kelas siswa diharapkan bisa menjelaskannya didepan teman – temannya. Kelemahan dari model ini terjadi apabila peserta didik memiliki sifat malas, maka terdapat kemungkinan kalau dia akan mengerjakan tugas dengan menyalin bahkan tidak melakukannya. Di sisi lain, kelebihan dari sistem resitasi yaitu akan membiasakan siswa bertanggungjawab terhadap tugasnya sendiri, serta memiliki inisiatif untuk mempelajari materinya sendiri tanpa menunggu proses pembelajaran di kelas bersama tenaga pendidik. 6. Eksperimental Sumber Metode pembelajaran eksperimental juga biasa disebut dengan metode percobaan. Metode ini menuntun sang pendidik untuk melakukan percobaan dan memberikan pegalaman kepada murid. Contohnya, melakukan percobaan pencampuran warna. Guru bisa mencoba melakukan pencampuran dua warna berbeda dan menghasilkan warna baru. Terkait materi warna tersebut, siswa akan mendapat pengalaman atas percobaan yang telah mereka lakukan. Kelemahan dari metode pembelajaran ini adalah terdapat kemungkinan untuk siswa atau murid untuk takut melakukan percobaan tersebut. Bisa saja mereka takut kotor dan lain sebagainya. 7. Study Tour Sumber Metode pembelajaran study tour merupakan variasi dari berbagai jenis model pembelajaran yang ada. Metode ini membawa para siswanya untuk berwisata keluar, dan mengenalkan hal – hal baru kepada mereka. Contoh pelajaran yang bisa dilakukan dengan metode ini adalah pelajaran sejarah, guru bisa membawa muridnya untuk melakukan wisata atau perjalanan menuju museum. Selain memberikan pengalaman yang mnyenangkan dan tidak membosankan, siswa juga akan merasa lebih paham terhadap materi karena bisa melihat secara langsung bukti sejarah yang ditampilkan. Namun, metode ini tidak selalu bisa diterapkan di seluruh jenjang kelas. Mungkin hanya bisa untuk yang tingkatnya sudah tinggi, atau bisa saja untuk anak – anak dengan dampingan orang tua. 8. Latihan Sumber Metode latihan juga biasa disebut dengan metode pembelajaran drill. Metode jenis ini dilakuakn oleh guru dengan memberikan berbagai macam latihan kepada siswanya. Seperti namanya, latihan berarti pengulangan atau diulang-ulang secara terus menerus. Kelebihan dari metode pembelajaran drill ini adalah memberikan kesiapan atas keterampilan siswa, serta memberikan pengetahuan yang luas kepada mereka. Sedangkan kekurangan dari model jenis ini adalah siswa akan mudah merasa bosan, dan tidak meningkatkan tingkat kreativitas mereka. 9. Problem Solving Sumber Metode pembelajaran problem solving merupakan suatu strategi mengajarkan materi dengan memberikan permasalahan berupa pertanyaan atau pernyataan terkait oleh tenaga pendidik. Secara tidak langsung, siswa dihadapkan situasi permasalahan dan harus memecahkannya. Kelebihan dari metode ini mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dalam menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Namun, kelemahannya adalah proses pembelajaran yang memakan waktu untuk menunggu siswa dalam menemukan jawaban, serta tidak selalu materi atau pelajaran bisa memunculkan suatu permasalahan untuk diselesaikan. 10. Metode Mengajar Beregu Sumber Metode menagajar beregu ini dilakukan oleh beberapa guru atau tenaga pengajar dalam satu kelas, dengan setiap pengajar memiliki tugas berbeda didalamnya. Untuk penilaiannya, biasa dilakukan dengan cara melakukan ujian lisan melalui beberapa guru tersebut, sehingga hasil penilaian tidak hanya ditentukan oleh satu orang guru saja. 11. Metode Mengajar Sesama Teman Sumber Sepanjang proses pangajaran, pasti terdapat waktu dimana siswa bisa memahami materi yang disampaikan melalui temannya. Nah, disini peran metode mengajar teman diterapkan. Metode ini juga biasa disebut dengan metode peer teaching, yaitu siswa diminta untuk menyampaikan atau menjelaskan materi kepada temannya. Selain memberikan penjelasan kepada sesama teman, proses assessment atau penilaian juga dilakukan oleh temannya sendiri. Model ini lebih cocok untuk diterapkan di tingkat tinggi, karena siswa cenderung memiliki kemampuan yang hampir sama. 12. Jigsaw Sumber Metode pembelajaran jigsaw dilakukan dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan memberikannya sub bahasan atau topik yang akan mereka dalami. Masing-masing kelompok ini terdapat 4 hingga enam orang, dan mereka kemudian mendiskusikan sesuai materinya masing-masing. Setelah itu, dari kelompok tersebut mereka harus menentukan satu orang ahli yang akan digabungkan dengan para ahli dari kelompok yang lain. Melalui kelompok para ahli tersebut, mereka berdiskusi saling menjelaskan materinya masing-masing dan kembali lagi ke kelompoknya untuk disampaikan lagi. Baru kemudian mereka menjelaskan didepan kelas. 13. Contextual Teaching and Learning Context CTL Sumber Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL merupakan proses pembelajaran dengan penerapan atau pengaplikasian materi pembelajaran kedalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor siswa sehingga mereka berlatih untuk lebih kritis dalam menangkap setiap materi. Manfaat dari metode ini adalah siswa akan lebih ingat dan materi yang diajarkan juga akan lebih diserap. Mengapa demikian? Karena materi tersebut sangat berkaitan bahkan mereka terapkan di kehidupan mereka. Dalam hal ini, guru dituntut agar bisa memberikan relasi atau hubungan atas materi yang ia sampaikan dengan kehidupan fakta dan memberikan penjalasan terkait keterlibatan siswa. Oleh karena itu, melalui metode ini siswa tidak hanya mengingat materi secara jangka pendek tetapi juga mengimplementasikannya ke area yang lebih luas lagi, seperti kehidupan nyata. Demikian uraian singkat tentang metode atau model – model pembelajaran yang bisa kamu terapkan di kelas. Tentu masing – masing dari sekian jenis pembelajaran tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri, tinggal bagaimana kamu menyeseuaikannya dan membuat perancangan yang matang dengan kondisi atau situasi yang ada di kelas saja.
metodeyang sering digunakan antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan eksperimen. secara umum tetapi cocok digunakan untuk pembelajaran IPA, namun ada yang memang dirancang khusus untuk pembelajaran IPA. Beberapa model tersebut akan diuraikan, agar dapat dipahami karakteristiknya masing-masing.
Oleh Dwi Isna Wardani, KEGIATAN pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru harus dapat membuat suatu pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan lebih mudah dan siswa merasa perlu untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Di kelas V SD Negeri 1 Jatipurno, guru menyampaikan materi pelajaran IPA dengan cara mengajak siswa mengamati video pembelajaran yang ditayangkan melalui LCD proyektor. Awalnya siswa nampak antusias menyimak video demi video pembelajaran. Tetapi lama-kelamaan, siswa terlihat mulai bosan dan hanya mengomentari tampilan yang ada pada video tersebut. Bukan pada materi pembelajaran yang disampaikan. Hal itu mengakibatkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran IPA, serta hasil belajar siswa menjadi rendah. Untuk mengatasi rendahnya kompetensi belajar siswa, penulis menerapkan metode pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa, mengembangkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA. Metode eksperimen experimental method dipilih untuk meningkatkan kompetensi belajar IPA di kelas V SD Negeri 1 Jatipurno. Pembelajaran IPA di SD merupakan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang alam sekitar, yang dipelajari dari fakta-fakta, prinsip-prinsip dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam dapat mencetak siswa bersikap ilmiah. Materi IPA yang disampaikan harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik siswa dan tingkatan kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang IPA dapat bermanfaat baik bagi diri pribadi maupun kelestarian lingkungan alam sekitar Nurhaela, 20112. Sebab itu, pembelajaran IPA di SD seharusnya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan metode eksperimen . Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan Hamdayana, 2017125. Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan mengalami atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode ini menuntut keaktifan dan kreativitas siswa dalam melakukan suatu proses percobaan yang ditugaskan oleh guru. Peran guru dalam metode eksperimen sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan dalam melakukan eksperimen siswa lebih teliti, sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Langkah-langkah penerapan metode eksperimen, pertama tahap persiapan, yaitu mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk bereksperimen seperti bahan-bahan, alat, dan strategi pengerjaannya. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai, serta menyiapkan lembar kerja untuk siswa. Langkah kedua, yaitu tahap pelaksanaan dimulai dengan diskusi antara guru dengan siswa mengenai prosedur, alat, dan bahan eksperimen serta hal-hal penting selama eksperimen. Dalam tahap ini, guru membimbing, membantu, sekaligus mengawasi eksperimen yang dilakukan siswa. Guru selalu memperhatikan seluruh kegiatan eksperimen yang dilakukan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan seputar kegiatan eksperimen. Di akhir eksperimen, siswa membuat kesimpulan dan laporan sesuai dengan lembar kerja yang diberikan guru. Langkah terakhir, tahap tindak lanjut, yaitu guru berdiskusi dengan siswa mengenai hambatan selama kegiatan eksperimen berlangsung. Guru juga menanyakan perasaan siswa ketika menemui hambatan dan penyebabnya. Dari kegiatan ini terlihat antusias dan minat siswa semakin meningkat sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Kelebihan penerapan metode eksperimen menurut Djamarah 201084 yakni membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hasil-hasil dari percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Dengan metode eksperimen, siswa dapat membuktikan kebenaran teoritis secara empiris, sehingga siswa terlatih untuk membuktikan secara ilmiah. Kelebihan-kelebihan di atas membuat guru semakin yakin dan mantap untuk menerapkan metode eksperimen dalam menyampaikan materi pelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Jatipurno. Dengan penerapan metode eksperimen, aspek hasil belajar siswa mengalami peningkatan sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan guru untuk kompetensi belajar IPA sebesar 75. Sebelum diterapkan metode eksperimen, data awal hasil belajar dari total 23 siswa, yang tuntas KKM 10 siswa dengan rata-rata sebesar 70,25. Setelah menerapkan metode eksperimen, hasil belajar siswa mengalami peningkatan signifikan, yaitu siswa yang tuntas KKM menjadi 19 siswa dengan rata-rata hasil belajar naik menjadi 92,75. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri 1 Jatipurno tahun pelajaran 2022/2023. * * Guru SDN 1 Jatipurno, Kabupaten Wonogiri
PembelajaranPendidikan Agama Islam (PAI) dalam Institusi Agama Islam pada sebuah madrasah merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, bagaikan pantai dengan laut, keduanya melekat erat. Pembelajaran Pendidkan Agama Islam (PAI) dalam madrasah terbagi menjadi beberapa mata pelajaran yaitu Fiqih, Akidah Akhlak, Alqur'an Hadits, dan khusus Madrasah Muhammadiyah ditambahkan pelajaran pokok
Melaluikegiatan pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik siswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian pesawat sederhana dengan benar. 2. Menyebutkan pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan cermat dan rasa bangga. 3. Menjelaskan mekanisme pesawat sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan Metodeyang dapat kita pergunakan adalah metode eksperimen. Metode ini bila dikemas dan di belajarkan secara tepat mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam pembelajaran terutama pembelajaran IPA di sekolah dasar kelas 4. Contoh PTK untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat saudara baca di posting berikut. nl8e.
  • 95kjsswiud.pages.dev/351
  • 95kjsswiud.pages.dev/343
  • 95kjsswiud.pages.dev/379
  • 95kjsswiud.pages.dev/151
  • 95kjsswiud.pages.dev/50
  • 95kjsswiud.pages.dev/399
  • 95kjsswiud.pages.dev/143
  • 95kjsswiud.pages.dev/353
  • 95kjsswiud.pages.dev/286
  • metode pembelajaran ipa yang menarik